Selasa, 05 November 2019

Ngoyak Pitik

Kelompok 3
Nama Anggota             :
  1. Agistin Isti Q                ( 02 )
  2. Agustina Arie D           ( 03 )
  3. Anggi Yanuarika          ( 13 )
  4. Arnisa Apriliana          ( 24 )
  5. Deta Amelia                 ( 32 )
  6. Devi Sariati                  ( 34 )

TEROR AYAM
Oleh Fitrianingsih

            Saat itu tengah malam Suprapti tidak bisa tidur. Meskipun semakin malam suasananya semakin dingin, tetapi tetap saja tidak bisa membuat Suprapti tidur dengan nyenyak. Lain dengan suaminya,  Pardi sudah  tidur sejak jam sepuluh tadi. Entah apa yang dipikirkan Suprapti sehingga tidak bisa membuat dia tidur sampai jam dua pagi. Entah apa itu tidak tahu.

            Sekitar pukul setengah tiga pagi, Pardi merasa terganggu dengan tingkahnya Suprapti yang tidak bisa tidur tadi, lalu Pardi bangun dan menanyai pelan-pelan dengan mata yang masih mengantuk. Kenapa Suprapti tidak bisa tidur sampai jam segini. Tetapi anehnya, Suprapti tidak bisa menjawab dan tidak tahu apa sebabnya dia tidak bisa tidur sampai jam segini. Sebenarnya hati dia pun tidak tenang. Seperti akan ada suatu hal buruk yang terjadi. Tetapi apa itu Suprapti tidak tahu. Dengan teliti Pardi mendengarkan prasangka istrinya, lalu Pardi menyuruh istrinya menenangkan pikirannya dan segera tidur.

            Besoknya, tepat jam setengah lima pagi Suprapti tiba-tiba bangun dari tempat tidur akan menyapu lantai seperti biasanya.
“Aaaaaaaaaa..........Pak Bapak.........” Teriak Suprapti setelah melihat ada ayam mati berlumuran darah di depan pintu rumahnya.
           
            Pardi yang masih malas-malasan ada di tempat tidur langsung bergegas bangun menghampiri suara istrinya yang berteriak tadi. Sayup-sayup matanya tidak diperhatikan oleh Pardi.
“Ada apa Bu? Pagi-pagi sudah berteriak seperti itu? Membuat orang kaget saja!.” Ujar Pardi yang kaget.
“Itu lo , Pak...ada ayam. Hiii...itu Pak, ada ayam mati berlumuran darah di depan rumah. Hiii....” Jawab Suprapti dengan gemetar menunjuk luar rumah.
           
            Lalu Pardi keluar menghampiri arah yang ditunjuk Suprapti. Seketika terkejut hati Pardi tahu ada ayam mati berlumuran darah di depan rumah. Sebenarnya ini ayam bukan ayam yang mati wajar dan tidak sengaja bisa mati di depan rumahnya. Tapi bila melihat keadaan ayam itu tadi, Pardi bisa menyimpulkan jika ayam tadi kiriman orang yang tidak suka dengan keluarganya. Dalam batinnya, “Ya Allah, kejadian apa ini? Siapa yang mengirip ayam mati ini?”. Lalu Pardi segera masuk ke rumah mengambil cangkul untuk mengubur ayam tadi. Lain dengan Suprapti masih terkulai lemas ada di kursi sudut ruang tamunya.

            Sesudah mengubur ayam tadi, Pardi menjemput istrinya dan berkata
“Bu, tenangkan pikiranmu. Tidak perlu dipikir terlalu dalam itu hanya ayam mati kok.”

“Kenapa bisa Pak, ayam mati tepat ada di depan rumah kita. Jika tidak ada yang mengirim tidak mungkin ada di depan rumah seperti itu, Pak. Dia kan senang berbuat curiga dengan keluarga kita.” Jawab Suprapti dengan perasaan curiga.

“Hussst..... Jangan buat prasangka seperti itu! Tidak baik, Bu. Orang tidak ada apa-apa. Bisa saja ayam tadi asalnya dari ketabrak motor, lalu sempoyongan. Celakanya, matinya itu tetap ada di depan rumah kita.” Jawab Pardi dengan meyakinkan istrinya.

***

            Pardi pusing karena kejadian ayam mati itu tidak hanya membuat ayam yang mati tanpa sebab ada di depan rumahnya, tetapi matinya ayam itu sudah bisa dikatakan teror karena dalam tiga hari keluarganya Pardi dikirimi ayam mati yang wujudnya mirip seperti itu. Tidak tahu siapa dan apa sebabnya kok bisa meneror keluarga itu. Suprapti yang memang mempunyai watak cerewet, lalu cerita tetangga sebelah keluarganya itu diteror oleh orang sampai dikirimi ayam mati ada didalam tiga hari ini. Tetangga sebelah yang mendengar cerita Suprapti lalu menyarankan jika dia harus melaporkan ke polisi. Setelah itu Suprapti menyuruh suaminya supaya menghubungi polisis saja, tetapi Pardi tidak punya pendapat seperti itu. Pardi penasaran oleh orang yang meneror keluarganya. Sehingga Pardi memutuskan jika dia ingin menyelidiki sendiri siapa yang meneror keluarganya itu.

Sejak pukul satu pagi, Pardi dan Suprapti sudah bangun, tidak mempunyai niat tidur karena akan mengintai dari dalam rumah. Penasaran dengan siapa yang sudah meneror keluarganya dalam tiga hari ini.

            Pada pukul tiga ada seseorang yang mengendap-endap berjalan mendekati rumah Pardi. Dari jauh samar-samar orang tadi terlihat seperti seorang perempuan. Badannya tinggi, kulit sawo matang, tetapi baju dan rambutnya berantakan. Pardi memperhatikan dengan teliti. Hancur hatinya pardi terkejut. Perempuan itu Darsih, janda cantik yang pernah menjadi istri mudanya Pardi tetapi sudah diceraikan satu tahun yang lalu. Ujung-ujungnya Pardi mengingat kejadian dahulu. Ketika Pardi diam-diam menyelingkuhi Suprapti menikah dengan Darsih. Tetapi keadaan itu tidak seperti kenyataannya. Sebenarnya Pardi tidak mempunyai niat untuk menyelingkuhi Suprapti dan sebenarnya Pardi tidak mempunyai rasa cinta sama sekali kepada Darsih. Darsih memang sudah terkesima sekali dengan Pardi tetapi Pardi menolak cintanya karena sudah mempunyai istri Suprapti. Karna terlalu kecewa, Darsih sampai memelet Pardi  supaya menikah dengan Darsih,padahal diam-diam tidak ada satu orang yang mengetahui, khususnya Suprapti. Rumah tangganya Pardi dan Darsih hanya bertahansatu bulan karena Pardi di sadarkan oleh kyai Sapatula, pelet yang berada di dalam tubuh Pardi dihilangkan Kyai Sapatula. Tanpa berfikir panjang Pardi men-talak tiga Darsih setelah itu meninggalkan Darsih dengan perasaan takut kepada perempuan itu. Ketika menjadi suaminya Darsih tingkah laku Pardi tidak seperti biasanya, maka Suprapti tidak menaruh curiga apapun terhadap Pardi. Tetapi, terkejutnya Pardi yaitu satu tahun tidak mendengar kabar Darsih dan tiba-tiba meneror keluarganya seperti ini.

            Suprapti yang ikut berjalan dengan Pardi, bertanya kepada Pardi benar tidaknya behwa yang meneror itu Kak Darsih janda cantik dari desa sebelah. Setelah Pardi menceritakan perjalanan jaman dahulu waktu bersuami istri dengan Darsih. Terkejut, seperti disambar petir di yang lalu. Ujung-ujungnya Pardi mengingat kejadian dahulu. Ketika Pardi diam-diam menyelingkuhi Suprapti menikah dengan Darsih. Tetapi keadaan itu tidak seperti kenyataannya. Sebenarnya Pardi tidak mempunyai niat untuk menyelingkuhi Suprapti dan sebenarnya Pardi tidak mempunyai rasa cinta sama sekali kepada Darsih. Darsih memang sudah terkesima sekali dengan Pardi tetapi Pardi menolak cintanya karena sudah mempunyai istri Suprapti. Karna terlalu kecewa, Darsih sampai memelet Pardi  supaya menikah dengan Darsih,padahal diam-diam tidak ada satu orang yang mengetahui, khususnya Suprapti. Rumah tangganya Pardi dan Darsih hanya bertahansatu bulan karena Pardi di sadarkan oleh kyai Sapatula, pelet yang berada di dalam tubuh Pardi dihilangkan Kyai Sapatula. Tanpa berfikir panjang Pardi men-talak tiga Darsih setelah itu meninggalkan Darsih dengan perasaan takut kepada perempuan itu. Ketika menjadi suaminya Darsih tingkah laku Pardi tidak seperti biasanya, maka Suprapti tidak menaruh curiga apapun terhadap Pardi. Tetapi, terkejutnya Pardi yaitu satu tahun tidak mendengar kabar Darsih dan tiba-tiba meneror keluarganya seperti ini.

            Suprapti yang ikut berjalan dengan Pardi, bertanya kepada Pardi benar tidaknya behwa yang meneror itu Kak Darsih janda cantik dari desa sebelah. Setelah Pardi menceritakan perjalanan jaman dahulu waktu bersuami istri dengan Darsih. Terkejut, seperti disambar petir di siang hari. Lalu Suprapti berlari keluar menghampiri Darsih wanita yang sudah membuatnya susah. Wanita licik yang ingin merusak rumah tangganya dengan Pardi.

            “Tolooong..... Toolooong.....” Jeritan Suprapti dengan berlari mencincing dasternya.

“Wanita tidak punya etika! Biadab! Celaka kamu Darsih. Kamu memelet suamiku, kamu kira suamiku itu bisa tertarik dengan kamu! Biadab kamu Darsih! Kamu ingin mengganggu suamiku lagi?” Ujar Suprapti dengan sedih.

            Suprapti berlari menghampiri darsih yang senyum-senyum tanpa mempunyai rasa bersalah. Menjangkau rambut Darsih dijambak dan diucel-ucel. Memukuli tubuh Darsih yang hanya tinggal tulang dan kulit. Lain dengan Pardi yang melihat istrinya sedang memukul Darsih langsung berlari menghampiri Suprapti dan memegangnya supaya tidak tambah hilang kendali.

            “Sudahlah Bu, ingat jangan seperti itu. Jika kamu timpuki bisa mati nanti Darsih, lebih baik kita laporkan saja kepada polisi.” Larangan Pardi dengan memegangi tubuh Suprapti.

            Tetangga sebelah yang mendengar jeritan Suprapti langsung bergegas bangun, berlari menghampiri jeritan Suprapti tadi. Tetangga sebelah sama terkejutnya melihat keadaan Darsih sekarang. Selama ini, Darsih memang menghilang tidak ada yang mengetahui tapi tiba-tiba menghampiri rumah Parto dan meneror keluarganya. Entah karena apa, para tetangga tidak saling mengetahui. Yang jelas Darsih sekarang sudah berbeda dengan Darsih yang dulu. Dulu Darsih menjadi janda cantik yang dicintai semua pria, sekarang Darsih menjadi orang gila karena cintanya dengan Pardi yang sudah mempunyai istri Suprapti. Gila karena cinta yang ditolak oleh Pardi.

TAMAT
           



Terjemahan

TEROR PITIK
Dening Fitrianingsih
Ana ing tengah wengi iki Suprapti ora bisa turu. Sinaosa sansaya wengi kuwi hawane sansaya adhem nyenyet, nanging ya tetep ora bisa gawe Suprapti turu ayem. Dene bojone, si Pardi wis wiwit turu jam sepuluh mau. Sajake ana sing dipikirake Suprapti saengga ndadekake dheweke ora bisa turu nganti jam loro esuk iki. Mbuh apa kuwi ora ana sing ngerti.
            Ngancik jam setengah telu esuk, si Pardi ngrasa keganggu karo polahe Suprapti kang klesak klesik mau, banjur nggregah tangi lan nakoni lirih kanthi mripat kang isih riyep-riyep. Geneya kok Suprapti ora bisa turu nganti jam semene kuwi. Nanging anehe, Suprapti ora bisa mangsuli lan ora ngerti apa sebabe dheweke ora bisa turu nganti jam semene. Sajake atine ora tenang. Kaya-kaya bakal ana kadadeyan ala kang kelakon. Nanging apa kuwi ya Suprapti ora ngerti. Kanthi premati Pardi ngrungokake pangrasane bojone, banjur Pardi ngakon bojone ngademake pikire lan ndang turu.
            Sesuke, pas jam setengah lima esuk Suprapti menyat tangi saka bale arep nyapu latar kayak biasane.
“Aaaaaaaa..... Pak Pak’e...” jerite Suprapti sak wise ngeti ana pitik mati guprat getih ing ngarep lawang omahe.
            Pardi kang isih aras-arasen ana ing bale, langsung gumregah menyat tangi nututi suwarane bojone kang njerit mau. Kriyep-kriyep mripate ora digagas karo Pardi.
“Ana apa ta bu? Esuk-esuk kok njerit ngono kuwi? Gawe kagete wong wae!” ujare Pardi kang kaget.“Kuwi lho, Pak... Ana pitik. Hiiii.... Iku Pak, ana pitik mati guprat getih ning ngarep omah. Hiiii...” wangsulane Suprapti kanthi gigrik mengkirik nudingi njaba omah.
            Banjur Pardi metu marani tudingane Suprapti. Sanalika mak tratap atine Pardi nalika ngerti ana pithik mati guprat getih ning ngarep omah. Sajake iki pitik ora pitik kang mati wajar lan ora sengaja bisa mati ing ngarep omahe. Nanging yen ngeti kahanan pitik kuwi mau, Pardi bisa nyimpulake yen pitik mau kirimane wong kang ora sreg karo kaluwargane.
Ing bathine, “Dhuh Gusti, kadadeyan apa iki? Sapa kang ngirimi pitik mati iki?”
Banjur Pardi age-age mlebu ngomah luru pacul kanggo ngubur pitik mau. Dene Suprapti isih lemes nglempuruk ana ing kursi sudut ruang tamune.
            Sawise ngubur pitik mau, Pardi marani bojone lan matur
 “ Bu, ademke pikirmu. Ora susah dipikir jero-jero kuwi namung pitik mati kok.”
            “Hla kok bisa Pak, pitik mati pas ana ing ngarep omahe dhewe. Yen ora ana sing ngirimi ora bakal bisa ana ing ngarep omah ngono kuwi, Pak. Iki mesthi Pak Wagino kae sing ngirimi amarga wonge kan ora tau seneng karo awake dhewe, Pak. Dheweke kan seneng tumindhak culika marang keluwargane dhewe.” wangsulane Suprapti kanthi ngunus curiga.
“Husssttt... Aja gawe pandakwa kaya ngono kuwi! Ora apik, bu. Wong ora ana apa-apa kok. Bisa wae pitik mau asale ketabrak montor, banjur kleyangan. Hla cilakane, matine kuwi pas ana ing ngarep omahe dhewe.” wangsulane Pardi kanthi ngyakinake bojone.
                                                            ***
            Pardi budreg amarga kedadeyan matine pitik kuwi ora amung kebacut pitik kang mati tanpa sebab ana ing ngarep omahe, nanging matine pitik kuwi wis bisa kebacut teror amarga sajerone telung dina kaluwargane Pardi dikirimi pitik mati kang wujude persis kaya ngono. Ora ngerti sapa lan apa sebabe kok bisa neror kaluwargane kuwi. Suprapti kang pancen nduweni watak cerewet, banjur cerita marang tangga teparone yen kaluwargane kuwi diteror karo wong kanthi dikirimi pitik mati ana ing sajerone telung dina iki. Tangga teparo kang krungu cerita Suprapti banjur nyaranake yen dheweke kudu matur menyang pulisi. Banjur Suprapti ngakon bojone kanggo ngubungi pulisi wae, nanging Pardi ora duwe panemu kaya ngono. Pardi  penasaran karo wong sing neror kaluwargane. Saengga Pardi mutusake yen dheweke pingin nyelidiki dhewe sapa kang neror keluwargane kuwi.
            Wiwit jam siji esuk, Pardi lan Suprapti wis melek, ora duwe niatan turu amarga arep ngintik saka njero omah. Penasaran karo sapa kang wis neror kaluwargane ana ing sajerone telung dina iki.
Pas jam telu ana wong kang ngendhep-ngendhep mlaku nyedhaki omahe Pardi. Saka adoh samar-samar wong mau katon kaya wong wadon. Dedeg dhuwur lencir, kulit sawo mateng, nanging klambi lan rambute awut-awutan. Pardi namatake kanthi premati. Mak tratap atine Pardi kaget. Wong wadon kuwi Darsih, randha ayu kang tau dadi bojo enome Pardi nanging wis dipegat ana ing setaun mbiyene. Ujug-ujug Pardi kelingan kahanan mbiyene. Nalika Pardi mendhep-mendhep nylingkuhi Suprapti kawin karo Darsih. Nanging kahanan kuwi ora kaya kasunyatane. Pardi sebenere ora nduwe niatan kanggo nylingkuhi Suprapti lan Pardi asline ora duwe rasa tresna babar blas karo Darsih. Darsih pancen wis kesengsem banget karo Pardi nanging  Pardi nampik tresnane amarga wis duwe bojo Suprapti. Saking cuwane, Darsih nganti melet Pardi supaya gelem kawin karo Darsih sinaosa mendhep-mendhep tanpa ana wong sijia kang mangerteni, mligine Suprapti. Omah-omahe Pardi karo Darsih namung kelakon sesasi amarga Si Pardi disadarake karo Kyai Sapatalu, pelet kang tumemplek ing awake Parto diilangake Kyai Sapatalu. Tanpa mikir dawa-dawa Pardi nalak 3 Darsih banjur ninggalake Darsih kanthi rasa wirang marang wong wedok kuwi. Nalika bebojoan karo Darsih pancen polahe Pardi ora owah saka biyasane, mula Suprapti ora ngunus curiga babar blas karo Pardi. Nanging, kagete Pardi yaiku setaun ora keprungu kabare Darsih kok ujug-ujug neror kaluwargane kaya ngene.
            Suprapti kang melu ngintik karo Pardi, takon marang Pardi bener orane sing neror kuwi mbakyu Darsih randha ayu saka Desa Sisih. Banjur Pardi nyritakake lelampahan njaman mbiyene pas bebojoan karo Darsih. Mak tratap,  kaya-kaya disambar gludhug ing wayah awan-awan. Banjur Suprapti mlayu metu marani Darsih wanita kang wis gawe dukane. Wanita culika kang arep ngrusak omah-omahane karo Pardi.
            “Thuluuunggg.... Thuluuuungggg....” jerite Suprapti karo mlayu nyincing dastere.
“Wanita ora duwe tata! Biadab! Culika kowe Darsih. Kowe melet bojoku, kok senggoh bojoku kuwi bisa kepincut karo kowe! Biadab kowe Darsih! Kowe arep ngganggu bojoku maneh?” ujare Suprapti kanthi duka. Suprapti mlayu marani Darsih kang ngguya-ngguyu tanpa duwe rasa salah. Ngranggeh rambute Darsih dijambaki lan diuncit-uncit. Ngaploki awake Darsih kang namung kari balung lan kulit. Dene Pardi sing ngerti bojone lagi ngamok Darsih langsung mlayu nututi Suprapti lan nyekeli dheweke supaya ora tambah ilang kendaline.
“Wis ta Bu, eling aja ngono. Yen mbok antemi bisa mati mengko Darsih, mendhing dilapurake wae menyang pulisi.” larangane Pardi karo nyekeli awake Suprapti.
Tangga teparo kang krungu jerite Suprapti banjur gumegrah tangi, mlayu marani jeritane Suprapti mau. Tangga teparo padha kaget ngeti kahanan Darsih saiki. Sasuwene iki, Darsih pancen ngilang ora ana sing mangerteni kok malah ujug-ujug marani omahe Parto lan neror keluwargane. Mbuh merga apa, para tangga teparo ora padha ngerti. Sing cetha Darsih saiki wis bedha karo Darsih sing mbiyene. Mbiyen Darsih dadi randha ayu kang ditresnani kabeh wong lanang, saikine Darsih dadi wong edan gara-gara tresnane karo Pardi kang wis duwe bojo Suprapti. Edan gara-gara tresnane ditampik karo Pardi.
TAMAT


Tidak ada komentar:

Posting Komentar